Selasa, 08 Juni 2010

Besar Kecil Normal "Gaza Sampai Dimana-mana"

Besar Kecil Normal
"Gaza Sampai Dimana-mana"

Warga berdoa terhadap korban penyerangan pasukan Israel ke kapal aktifis kemanuasiaan yang membawa bantuan untuk Gaza di Istanbul, Turki (3/4). AP Photo/Ibrahim Usta

TEMPO Interaktif, Jakarta - Seorang relawan Gaza, Hardjito Warno mengisahkan banyak kisah pedih yang dialami 12 Warga Negara Indonesia saat ditangkap tentara Israel. Cerita itu dituturkan di depan anggota Komisi Pertahanan DPR, Selasa (8/6). "Kami tak sampai di Gaza, Tapi Gaza sampai dimana-mana" kata Hardjito.

Kabar itu, menurut Hardjito, setidaknya menjadi obat bagi para relawan yang sebetulnya ingin sekali menginjakkan kaki ke Gaza. Namun gagal karena disergap tentara Israel di perairan Internasional menuju Palestina. Hasilnya, saat ini semua mata dan perhatian tumpah ke Palestina dan penderitaan warganya.
"Sebelumnya perhatian dunia dan Indonesia masih kurang," ujarnya.


Menanggapi cerita dari para relawan, anggota Komisi Pertahanan dari Partai Demokrat Ramadhan Pohan cepat bereaksi dengan menyatakan, perlakuan Israel sudah jauh di luar batas kemanusiaan. Ia mencontohkan, cara tentara Israel yang memperlakukan Warga Negara Indonesia seperti tawanan perang. Menurut dia, ini sudah melanggar hukum internasional yang termaktub dalam konvensi Jenewa 1949. Selain itu, dia melanjutkan, penyerangan terhadap kapal Mavi Marmara membuktikan jika yang terjadi di Palestina bukanlah perang agama."Kejahatan Israel itu memusuhi seluruh agama," katanya.

Selain itu, Komisi I memiliki rencana untuk melakukan lawatan kerja ke Mesir yang hendak dilanjutkan ke Ramalah untuk masuk ke Gaza. Melalui jalan diplomasi, Komisi I akan berencana akan ikut memberika desakan kepada Mesir untuk membuka gerbang blokade bantuan menuju Gaza. "Kami minta masukan dari relawan," kata Ramadhan.

Wisata Dakwah Cah enom e IPM karangjati




IPM pun boleh jalan jalan dong... Ini dia salah satu kegiatan pimpinan ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah.. Wisata Dakwah.. Program Kerja dari salah satu bidang kami yaitu bidang ASBO, PIP, dam SKI..dan masih banyak pula kegiatan kegiatan lain kami..__he

“Gerak Melintas Zaman”, Tema Muktamar Muhammadiyah 2010

Yogyakarta – Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Surat Keputusan Nomor : 107/KEP/I.0/B/2008 tertanggal 16 Juli 2008 menetapkan tema Muktamar tahun 2010 yaitu : Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, Gerak Melintas Zaman Dakwah dan Tajdid Menuju Peradaban Utama.

Menurut penjelasan tertulis ketua SC Muktamar, Dr. Haedar Nashir, “Gerak Melintas Zaman” mengandung dua makna, pertama melewati masa sejak kelahirannya hingga usia ke-100, kedua menyeberangi yakni memasuki fase baru setelah usianya satu abad ke peralihan abad selanjutnya.

Lebih lanjut Haedar menjelaskan bahwa dalam melintasi zaman tersebut Muhammadiyah hadir sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid sebagaimana spirit awal kelahirannya yang tercantum dalam Statuten Muhammadiyah 1912: “menyebarluaskan” [dakwah] dan “memajukan” [tajdid] hal ihwal ajaran Islam di seluruh tanah air -- mula-mula di karesidensi Yogyakarta kemudian di seluruh Hindia Belanda -- saat itu). Dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut tidak lain untuk mewujudkan “Peradaban Khaira Ummah” yakni peradaban masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau bisa diartikan sebagai manifestasi objektif atau objektivasi dari kehidupan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di negara Indonesia.

Haedar dalam penjelasan satu halaman tersebut juga menyatakan bahwa Muhammadiyah dalam perjalanan usianya satu abad dapat dikatakan telah melewati dinamika zaman yang penuh perjuangan suka maupun duka dalam rentang tiga zaman yaitu era perjuangan kemerdekaan di masa kolonial, era setelah kemerdekaan di masa Orde Lama dan Orde Baru, dan era baru Reformasi yang masih akan berlangsung penuh pertaruhan. Muhammadiyah dalam pergantian abad dari kelahirannya akan memasuki abad baru sehingga dari titik abad tersebut Muhammadiyah akan melintasi zaman dengan segala tantangan, masalah, dan harapan baru ketika dunia berada dalam fase post-modern dan era globalisasi dengan seribusatu dinamikanya.

Menurut haedar, dalam menghadapi pergantian abad menuju fase baru itu Muhammadiyah dituntut merumuskan ulang orientasi/aktualisasi dakwah dan tajdid yang menjadi fokus gerakannya, sehingga mampu melampaui/melintasi zaman yang dilalui dan dihadapinya dengan penuh kesiapan untuk menghadirkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.